Karena Cinta Yang Marah maka Luka Tidak Memaafkan Pisau

Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau (Gramedia Pustaka Utama, 2020) karya M. Aan Mansyur hadir sebagai sebuah antologi puisi yang tak abai tampilan visual. Puisi-puisi di dalamnya menyoroti relasi antara keluarga dengan individu sebagaimana juga antara keduanya dengan "komunitas" yang lebih besar: masyarakat dan negara.

“Sumur” Eka Kurniawan: Air dan Cinta dan Kekayaan Alam Lainnya

Cerita "Sumur" (Gramedia Pustaka Utama, 2021) karya Eka Kurniawan pertama kali dipublikasikan edisi terjemahannya, "The Well" dalam antologi 36 penulis dari berbagai negara berjudul "Tales of Two Planets" (Penguin Books, 2020). Cerita ini menyajikan potret muram kehidupan manusia akibat alam yang berubah, potret muram bukan hanya kehidupan manusia secara komunal melainkan juga kehidupan mereka sebagai individu.

Site Footer

Sliding Sidebar

Tentang Penulis

Tentang Penulis

Cep Subhan KM. Lahir di Ciamis tanggal 6 Juni. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi bersama Ludah Surga (2006) dan Kata Orang Aku Mirip Nabi Yusuf (2007), sementara beberapa puisinya diikutkan dalam antologi penyair muda Ciamis Kota Menjadi Kata (2017) dan Suluk Santri (2018). Sudah menerbitkan novel Serat Marionet (2011) dan dwilogi Yang Tersisa Usai Bercinta (2020) dan Yang Maya Yang Bercinta (2021), serta satu buku puisi, Hari Tanpa Nama (2018). Satu novelnya yang lain, Kosokbali (2021), bisa dibaca di portal Kwikku. Esai kritik sastranya menjadi Pemenang II Sayembara Kritik Sastra DKJ 2022, Juara 2 Lomba Kritik Sastra Dunia Puisi Taufiq Ismail 2023, Pemenang I sekaligus Naskah Pilihan Juri Sayembara Kritik Sastra DKJ 2024, dan Pemenang I Sayembara Kritik Puisi Kalam 2024. Sebagian dari esai kritik sastranya sudah diterbitkan dalam antologi Tiga Menguak Chairil: Media, Perempuan, & Puitika Kiri (Anagram, 2024) dan Perempuan dalam Bibliografi Pembaca (Velodrom, 2025).