Sembilan Catatan tentang Kover Buku

Orhan Pamuk

1 Jika seorang novelis bisa menyelesaikan sebuah buku tanpa melamunkan kovernya, maka dia bijak, memiliki pengetahuan luas, dan sepenuhnya dewasa, tetapi dia juga kehilangan kepolosan yang pertama-tama menjadikan dia sebagai seorang novelis.

2 Kita tak bisa mengingat buku-buku yang paling kita sukai tanpa sekaligus mengingat kover buku-buku tersebut.

3 Kita semua akan senang melihat lebih banyak pembaca membeli buku-buku karena kovernya dan lebih banyak kritikus yang memandang rendah buku-buku yang ditulis sambil memikirkan para pembaca semacam itu.

4 Penggambaran-penggambaran rinci tokoh utama pada kover-kover buku menistakan bukan hanya imajinasi pengarang melainkan juga imajinasi para pembaca.

5 Ketika para pendesain memutuskan bahwa novel The Red and the Black layak diberi jaket kover merah dan hitam1The Red (merah) dalam novel itu menyimbolkan kaum liberal, sedangkan The Black (hitam) menyimbolkan kaum gerejawi, atau ketika mereka menghias buku berjudul Blue House atau Château dengan ilustrasi-ilustrasi rumah berwarna biru atau château, mereka tidak memberi kita kesempatan untuk menganggap bahwa mereka setia pada teks, melainkan memberi kita kesempatan untuk bertanya-tanya jangan-jangan mereka bahkan tidak membaca teksnya.

6 Jika, bertahun-tahun setelah membaca sebuah buku, kita melihat sekilas kovernya, kita kembali lagi pada hari silam itu ketika kita meringkuk di pojokan bersama buku tersebut untuk memasuki dunia tersembunyi di dalamnya.

7 Kover-kover buku yang sukses berfungsi sebagai saluran, mendorong kita pergi dari dunia biasa tempat kita hidup, mengantarkan kita ke dalam dunia buku tersebut.

8 Daya tarik sebuah toko buku berutang bukan pada buku-buku yang ia jual, melainkan pada variasi kover buku-buku tersebut.

9 Judul-judul buku seperti nama orang-orang: Mereka membantu kita membedakan sebuah buku dari jutaan buku lain yang serupa. Sementara itu, kover-kover buku seperti wajah orang-orang: Mereka mengingatkan kita tentang satu kebahagiaan yang pernah kita ketahui ataupun menjanjikan satu dunia penuh kebahagiaan yang belum pernah kita jelajahi. Itulah alasannya mengapa kita menatap kover-kover buku sama penuh perasaannya dengan ketika kita menatap wajah orang-orang.     

Baca juga Orhan Pamuk tentang Salman Rushdie, The Satanic Verses, dan Kebebasan Pengarang

Sumber: Orhan Pamuk, “Nine Notes on Book Covers,” dalam Other Colors: Essays and a Story (2007).

1 comments On Sembilan Catatan tentang Kover Buku

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer

Sliding Sidebar

Tentang Penulis

Tentang Penulis

Cep Subhan KM. Lahir di Ciamis tanggal 6 Juni. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi bersama Ludah Surga (2006) dan Kata Orang Aku Mirip Nabi Yusuf (2007), sementara beberapa puisinya diikutkan dalam antologi penyair muda Ciamis Kota Menjadi Kata (2017). Sudah menerbitkan novel Serat Marionet (2011) dan dwilogi Yang Tersisa Usai Bercinta (2020) dan Yang Maya Yang Bercinta (2021), dan satu buku puisi, Hari Tanpa Nama (2018). Satu novelnya yang lain, Kosokbali (2021), bisa dibaca di portal Kwikku. Esai-esainya tersebar dalam Jurnal Sajak, Jurnaba.co, dan beberapa media daring lain. Esai kritik sastranya menjadi Pemenang II Sayembara Kritik Sastra DKJ 2022 dan Juara 2 Lomba Kritik Sastra Dunia Puisi Taufiq Ismail 2023.