Kamus Standar Psikoanalisis yang tidak Standar

PSIKOANALISIS adalah disiplin ilmu tersendiri yang meski bertolak dari Psikologi tapi sudah melangkah terlalu jauh dari rumah dan membangun rumahnya sendiri sejak ia beranjak dewasa. Jika Psikologi, sebagai sang ayah, di rumah menggunakan bahasa sang ayah, maka sang anak, di rumah yang ia bangun sendiri, menggunakan bahasa sang anak.

Dengan kata lain, bahasa Psikoanalisis berbeda dalam banyak hal dengan bahasa Psikologi. Menggunakan kamus psikologi untuk memahami bahasa Psikoanalisis mungkin tidak masalah ketika berurusan dengan beberapa terminologi, tetapi kemungkinan besar hal itu akan membawa pada malapraktik dalam banyak terminologi yang lain.

Hal semacam itu bukan hanya terjadi sekarang ketika Psikoanalisis sudah sangat mapan, saat Psikoanalisis sudah berkembang jauh membangun rumah-rumah kecil dengan pondasi yang sama dengannya. Para psikoanalis sudah sejak lama menyadari bahwa terjemahan karya Freud ke dalam bahasa lain membutuhkan pendampingan sebuah kumpulan penjelasan terminologi. Dengan kata lain: sebuah wörterbuch, sebuah kamus.

Maka dari itu, pada tahun 1943 lahir A New German-English Psychoanalytical Vocabulary yang dianggit oleh Alix Strachey, istri James Strachey, penerjemah monumental 23 jilid karya Freud ke dalam bahasa Inggris. Penyusunan dilakukan di bawah pengawasan “Komite Informal Glosari” yang beranggotakan Ernest Jones, Joan Riviere, James Strachey, dan Alix Strachey sendiri. Ernest Jones adalah penulis 3 jilid biografi Freud yang kemudian diterbitkan pula edisi singkatnya dalam satu jilid (sudah diterbitkan terjemahan Indonesianya oleh penerbit Ircisod dengan judul Hidup dan Karya Sigmund Freud: Sebuah Biografi Lengkap). Joan Riviere adalah psikoanalis wanita yang juga pernah menerjemahkan beberapa tulisan Freud ke dalam bahasa Inggris.

Mengapa kamus pendek ini disebut sebagai “new”, sebagai sebuah kamus “baru”? Karena satu dekade sebelumnya sudah terbit Handworterbuch der Psychoanalyse karangan Richard Sterba, kamus Psikoanalisis berbahasa Jerman yang menjadi kado ulang tahun Freud ke-80. Sayangnya meski kamus ini disusun sangat bagus, ia adalah karya yang tak pernah diselesaikan dan hanya memuat entri A-G.

Kemudian lahir pula kamus psikoanalisis dalam berbagai bahasa, meski kebanyakan dalam bahasa Inggris. Beberapa yang disusun dalam bahasa lain juga kemudian bisa dikenal luas setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Menyebut beberapa contoh, The Language of Psychoanalysis karangan Jean Laplanche dan Jean-Bertrand Pontalis, dalam edisi terjemahan Inggris kamus ini tetap mencantumkan padanan bahasa Jerman dan Perancis; International Dictionary of Psychoanalysis, kamus terlengkap, terbit tahun 2005 dan lebih mirip sebuah ensiklopedi daripada kamus; A Critical Dictionary of Psychoanalysis karangan Charles Rycroft, kamus praktis yang diterbitkan Penguin, sangat membantu memahami istilah-istilah psikoanalisis karena lema-nya yang lengkap dan penjelasannya yang ringkas; Comprehensive Dictionary of Psychoanalysis, karangan Salman Akhtar, sebuah kamus yang nilai lebihnya terletak pada banyaknya lema baru dalam psikoanalisis kontemporer yang belum termuat dalam kamus-kamus sebelumnya; dan Freud: A Dictionary of Psychoanalysis karangan Nandor Fodor dan Frank Gaynor.

Dari judul-judul itu, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia hanya yang disebutkan terakhir, diterbitkan penerbit e-Nusantara pada tahun 2009. Setelah lama hilang dari pasaran, tahun 2018 penerbit Ircisod menerbitkannya ulang. Naskahnya sama, penerjemahnya sama, judulnya beda, editornya beda.  Satu pujian pertama untuk edisi Ircisod: tata letaknya lebih menyenangkan. Konsekuensinya, ketebalan edisi Ircisod menjadi 362 halaman sedangkan pada edisi e-Nusantara hanya 243 halaman. Tentu hal ini merupakan konsekuensi sebanding dengan tampilan visual buku yang lebih enak dipandang. 

Bagian pembaruan yang lain bisa ditemukan pada pencantuman bagian Acknowledgments (Ucapan Terima Kasih) dalam edisi Ircisod, dan penyuntingan konten, termasuk penggantian kata tertentu mungkin karena alasan selingkung (misalnya dalam menjadi pada) dan penekanan kesepadanan seperti perubahan frasa tertentu menjadi italik mengikuti aslinya. Lihat misalnya pada entri berikut ini:

Dream-Day(Hari Mimpi)

Pada setiap mimpi, akan ditemukan sejumlah rujukan terhadap pengalaman pada hari-hari sebelumnya.  

Dream-day, dalam bahasa Inggris,sama dengan daydream, sebagai verba maknanya melamun, berangan-angan, sebagai nomina maknanya lamunan, angan-angan. Apa yang dimaksudkan Freud dengan istilah tersebut merujuk pada bahwa bahan mimpi malam hari salah satunya adalah “pengalaman pada siang sebelumnya” (dalam naskah sumber: “the experience of the preceding day”). Pengalaman pada siang hari itulah yang dia maksudkan dengan dream-day, residu lamunan saat siang hari yang kemudian menjadi bahan mimpi dalam tidur saat malam hari.   

Judul asli buku ini adalah Freud: Dictionary of Psychoanalysis, baik edisi Ircisod maupun edisi e-Nusantara memberikan judul “Kamus” untuk buku ini. Edisi e-Nusantara memberikan judul Kamus Psikoanalisis, sementara edisi Ircisod berjudul Kamus Praktis Psikoanalisis. Pertanyaannya: benarkah memang buku ini adalah kamus sebagaimana biasanya?

Jawabannya: tidak. Kamus susunan Nandor Fodor ini sangat berbeda dengan kamus-kamus psikoanalisis yang lain. Jika sebuah kamus biasanya memberikan lema kemudian mencantumkan artinya, maka kamus Nandor Fodor lebih mirip kamus kutipan: satu lema diberikan, lalu alih-alih diikuti oleh penjelasan maknanya, yang dicantumkan adalah kutipan dari karya Freud yang mengandung kata itu.

Di satu sisi, kutipan yang dicantumkan itu bisa memberikan makna lema yang bersangkutan, misalnya pada lema semacam Manifestasi Mimpi atau Periode Latensi Seksual, sayangnya di sisi lain Freud lebih sering menjelaskan konsep dalam tulisannya secara detail berupa deskripsi beberapa paragraf dan pembaca harus menarik pemaknaan sendiri untuk pengertian konsep tersebut. Apa yang akan lebih sering kita temukan dalam kamus ini adalah penggunaan konsep itu dalam tulisan Freud, dan hal itu tidak selalu membawa pada pemahaman akan arti konsep itu, karena untuk memahaminya jelas diperlukan lebih dari pembacaan satu pasase ringkas.

Maka alih-alih dijadikan pembantu memahami terminologi psikoanalisis, kamus ini jauh lebih ditujukan sebagai batu loncatan untuk pergi ke risalah-risalah Freud. Seperti indeks sebuah buku, kamus ini menyediakan rujukan pada buku apa Freud mencantumkan lema tertentu. Sayangnya, karena buku ini disusun pada tahun 1950 ketika edisi lengkap terjemahan Inggris karya Freud yang dilakukan oleh James Strachey belum lahir, buku-buku Freud dalam bahasa Inggris yang digunakan sebagai rujukan buku ini pun adalah edisi-edisi lama, termasuk 5 jilid Collected Papers. Hal itu memberikan dua konsekuensi: pertama, pembaca masa kini akan sukar mengakses buku-buku tersebut; kedua, edisi terjemahan Inggris tersebut adalah edisi-bukan-kanon, edisi pra-standarisasi.

Sebagai contoh, pada entri Writing (Menulis), terletak di halaman 355 dalam edisi Ircisod, penjelasannya adalah sebagai berikut:

Sekiranya menulis—yang membiarkan suatu cairan mengalir keluar dari tabung di atas selembar kertas—akan membentuk makna persetubuhan simbolis…maka menulis harus dijauhi karena termasuk perilaku seksual terlarang.

Pembaca yang tertarik untuk memahami lebih banyak apa maksud penjelasan tersebut akan melihat rujukan yang ada: PoA-Bab 1. Setelah mengeceknya di halaman Kunci Rujukan pada awal buku ini dan menemukan bahwa PoA merujuk pada tulisan Freud berjudul (dalam bahasa Inggris) The Problem of Anxiety, pembaca kemudian akan mencari tulisan Freud berjudul tersebut di internet. Jika beruntung dia akan menemukan teks lengkapnya, tapi jika tidak beruntung dia akan kebingungan: The Problem of Anxiety adalah edisi lama terjemahan Inggris atas Hemmung, Symptom und Angst yang diterbitkan tahun 1936, dalam terjemahan kanon naskah tersebut diberi judul Inhibitions, Symptoms and Anxiety, dimuat dalam jilid ke-20 karya lengkap Freud dalam terjemahan Inggris, dan dengan judul inilah naskah tersebut lebih dikenal dan lebih mudah dicari teksnya di internet pada masa kini. Hal sama juga bisa ditemukan untuk misalnya risalah Wit and Its Relation to the Unconscious yang merupakan edisi terjemahan tahun 1916 sedangkan dalam edisi kanon berjudul Jokes and their Relation to the Unconscious.

Itu satu masalah. Masalah lain lebih pada segi konten penerjemahan. Sebagai sebuah “kamus” memuat istilah-istilah Psikoanalisis, selayaknya kamus ini bertolak dari sebuah niatan menciptakan standarisasi istilah-istilah Psikoanalisis dalam bahasa Indonesia. Standarisasi istilah mungkin tidak mengasyikkan, tetapi hal itu akan membantu menghilangkan kebingungan karena berbeda-bedanya terjemahan istilah psikoanalisis dalam bahasa Indonesia akibat penerjemah yang juga berbeda-bedanya. Pilihan kedua ini jelas lebih layak dipilih, karena demi pemahaman yang jelas akan disiplin psikoanalisis kita hanya bisa berharap dua opsi: pertama, adanya satu penerjemah ahli psikoanalisis; kedua, adanya satu kamus istilah psikoanalisis yang dijadikan rujukan penerjemah karya psikoanalisis yang berbeda-beda.

Opsi kedua ini lebih masuk akal dan kita bisa berharap itu dimulai dari penerjemahan kamus susunan Nandor Fodor ini. Sayangnya, apa yang kita temukan belum seperti itu. Kamus ini, misalnya, sudah menerjemahkan symptom sebagai simtom, tapi anxiety (dalam bahasa Jerman Angst) masih diterjemahkan sebagai kecemasan, padahal bahasa kita sudah menyerap istilah tersebut sebagai ansietas dan dengan istilah itulah selayaknya kita menerjemahkannya. Mengapa demikian? Karena kecemasan hanya satu aspek dari anxiety, tidak semua kecemasan merupakan anxiety, menerjemahkan anxiety sebagai kecemasan sebagaimana sekarang lazim dilakukan, hanya berpotensi mereduksi pengertian anxiety dan berpotensi pula membawa kita pada pemahaman yang tak sepenuhnya benar tentang psikoanalisis.

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer

Sliding Sidebar

Tentang Penulis

Tentang Penulis

Cep Subhan KM. Lahir di Ciamis tanggal 6 Juni. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi bersama Ludah Surga (2006) dan Kata Orang Aku Mirip Nabi Yusuf (2007), sementara beberapa puisinya diikutkan dalam antologi penyair muda Ciamis Kota Menjadi Kata (2017). Sudah menerbitkan novel Serat Marionet (2011) dan dwilogi Yang Tersisa Usai Bercinta (2020) dan Yang Maya Yang Bercinta (2021), dan satu buku puisi, Hari Tanpa Nama (2018). Satu novelnya yang lain, Kosokbali (2021), bisa dibaca di portal Kwikku. Esai-esainya tersebar dalam Jurnal Sajak, Jurnaba.co, dan beberapa media daring lain. Esai kritik sastranya menjadi Pemenang II Sayembara Kritik Sastra DKJ 2022 dan Juara 2 Lomba Kritik Sastra Dunia Puisi Taufiq Ismail 2023.