Parateks, Metateks, dan Interteks “Waktu yang Tepat untuk Melupakan Waktu”

Antologi puisi M. Aan Mansyur, Waktu yang Tepat untuk Melupakan Waktu (Shira Media, 2021), memuat 36 puisi disertai 9 ilustrasi menawan. Apa yang ditawarkan oleh puisi-puisi dalam antologi yang dikemas eksklusif ini?

“Nostalgi dan Melankoli”: Puisi-puisi yang (Selalu) Menemukan Cintanya Sendiri

Puisi-puisi dalam "Nostalgi dan Melankoli" sebagian besar ditulis antara 2014-2017, sebagian lain tampaknya ditulis lebih awal. Meski antologi ini merupakan antologi tunggal pertama, jejak kepenyairan Khoirun Niam sudah terentang lebih jauh ke belakang.

Di Seberang Kata dan Tanda Baca, “Ia Meminjam Wajah Puisi”

Antologi "Ia Meminjam Wajah Puisi" (Yogyakarta: Basabasi, 2020) memuat 52 puisi Aya Canina periode 2017-2019. Puisi-puisi lirik di dalamnya banyak memuat ironi tentang puisi sebagai konsep: di satu sisi puisi menjadi cara merayakan, rumah, dan cara bertahan; di sisi lain dalam beberapa situasi justru menunjukkan "ketidakmemadaian bahasa".

Site Footer

Sliding Sidebar

Tentang Penulis

Tentang Penulis

Cep Subhan KM. Lahir di Ciamis tanggal 6 Juni. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi bersama Ludah Surga (2006) dan Kata Orang Aku Mirip Nabi Yusuf (2007), sementara beberapa puisinya diikutkan dalam antologi penyair muda Ciamis Kota Menjadi Kata (2017). Sudah menerbitkan novel Serat Marionet (2011) dan dwilogi Yang Tersisa Usai Bercinta (2020) dan Yang Maya Yang Bercinta (2021), dan satu buku puisi, Hari Tanpa Nama (2018). Satu novelnya yang lain, Kosokbali (2021), bisa dibaca di portal Kwikku. Esai-esainya tersebar dalam Jurnal Sajak, Jurnaba.co, dan beberapa media daring lain. Esai kritik sastranya menjadi Pemenang II Sayembara Kritik Sastra DKJ 2022 dan Juara 2 Lomba Kritik Sastra Dunia Puisi Taufiq Ismail 2023.