Antologi puisi M. Aan Mansyur, Waktu yang Tepat untuk Melupakan Waktu (Shira Media, 2021), memuat 36 puisi disertai 9 ilustrasi menawan. Apa yang ditawarkan oleh puisi-puisi dalam antologi yang dikemas eksklusif ini?
Tag: buku puisi
Puisi-puisi dalam "Nostalgi dan Melankoli" sebagian besar ditulis antara 2014-2017, sebagian lain tampaknya ditulis lebih awal. Meski antologi ini merupakan antologi tunggal pertama, jejak kepenyairan Khoirun Niam sudah terentang lebih jauh ke belakang.
Pilihan puisi-puisi dari Matsnawi Rumi sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Apa sebenarnya fungsi terjemahan semacam itu? Kapan kita akan memiliki terjemahan lengkap seperti edisi Inggris Reynold Nicholson dan edisi Arab Ibrahim Dasuki Syatta?
Rubaiyat Jalaluddin Rumi ditulis pada masa ketika puisi merupakan sarana didaktis. Bagaimana sikap kita menghadapi puisi-puisi semacam itu kini pada masa ketika puisi bukan lagi sesuatu yang "agung"?
Diwan Syams Tabrizi biasa disebut juga Diwan Kabir, tersusun dari 44.282 larik dan sepertiga dari total 3.229 ode di dalamnya menyebutkan nama Syams Tabrizi. Lantas, suara Rumi atau Syam-kah yang kita dengar dalam puisi ini?
Ilda Karwayu sudah menerbitkan dua antologi puisi, "Eulogi" (2018) dan "Binatang Kesepian dalam Tubuhmu" (2020). Beberapa puisi terbaru dipublikasikan di Jawa Pos, basabasi.co, dan nongkrong.co menampilkan bentuk cermin, pola yang bisa ditelusuri ke satu puisi dalam "Eulogi".
Antologi "Ia Meminjam Wajah Puisi" (Yogyakarta: Basabasi, 2020) memuat 52 puisi Aya Canina periode 2017-2019. Puisi-puisi lirik di dalamnya banyak memuat ironi tentang puisi sebagai konsep: di satu sisi puisi menjadi cara merayakan, rumah, dan cara bertahan; di sisi lain dalam beberapa situasi justru menunjukkan "ketidakmemadaian bahasa".
"Hompimpa Alaium Gambreng" adalah satu puisi dalam antologi berjudul sama karya Hamzah Muhammad (Jakarta: Anagram, 2022). Apa yang menarik untuk diobrolkan dari puisi yang mengubah lanskap horor tanya jawab alam kubur menjadi bernuansa humor ini?
Antologi “Seperti Malam-malam Februari” terbit merekam jejak 20 tahun keakraban Agus Manaji dengan puisi. Antologi ini memuat 110 puisi yang ditulis dalam rentang tahun 1997-2017.
"Tulisan pada Tembok" memuat puisi-puisi awal Acep Zamzam Noor. Membacanya memungkinkan kita melacak akar kepenyairan Acep Zamzam Noor pada tradisi pesantren.