Majalah Horison adalah majalah sastra yang terbit bulanan sejak Juli 1966-Juli 2016. Setelah itu majalah ini memutuskan beralih ke penerbitan daring, meski sejak Februari 2010 versi daring horisononline.or.id sudah berdiri dengan diprakarsai oleh Amin Sweeney yang sekaligus menjadi pimpinan redaksi. Akan tetapi awal tahun 2018 Majalah Horison cetak kembali terbit dengan perubahan tata letak, lebih tebal, dan diterbitkan 3 bulan sekali. Sejauh yang penulis ketahui, Majalah Horison edisi triwulanan ini setidaknya terbit lima edisi dari awal 2018 sampai awal 2019. Lalu dalam momen 55 tahun Majalah Horison pada Juli 2021 dicetak Edisi Khusus 55 Tahun Horison.
Majalah Horison edisi daring sejauh yang penulis ketahui saat ini (2023) tidak aktif. Adapun arsip Majalah Horison edisi 1966-1990, minus beberapa edisi, bisa diunduh gratis di Wikimedia Commons.
1972
Majalah Horison No. 5, Tahun VII, Mei 1972
Esai:
- Alfian, “Lukisan Pemikiran Seorang Djenderal”, hal. 132-136.
- Gerard Termoshuizen, “Sebuah Koreksian: Bukan Chairil Anwar Tapi Slauerhoff yang Menulis Sajak ‘Catastrophe'”, hal. 146-147. Esai diterjemahkan oleh H.B. Jassin.
1992
Majalah Horison No. 7, Tahun XXVII, Juli 1992
1993
Majalah Horison No. 7, Tahun XXVII, Juli 1993
Majalah Horison No. 7-8, Tahun XXVIII, Juli-Agustus 1993
Majalah Horison No. 9-10, Tahun XXVIII, September-Oktober 1993
Majalah Horison No. 11, Tahun XXVIII, Nopember 1993
Esai:
- Ali Sadikin, “TIM: Pengukuhan Pemerintah dan Kebebasan Seniman”, hal. 4-5.
- Afrizal Malna, “Taman Ismail Marzuki: Fantasi Publik di Ujung Politik dan Ekonomi”, hal. 10-14.
- Rahman Arge, “PKJ-TIM: Sumber Inspirasi bagi Daerah-Daerah”, hal. 15-17.
- Nancy Carol Joyner, “Toni Morrison Pemenang Hadiah Nobel untuk Sastra 1993”, hal. 18-23. Penerjemah: Rayani Sriwidodo.
- Rayani Sriwidodo, “Bayang Panjang Sastra Kulit Hitam di Belakang Toni Morrison”, hal. 27-29.
- Julia Suryakusuma, “Mencari Suara dan Aspirasi Rakyat”, hal. 30-31.
- Maman S. Mahayana, “Antara Cerpen dan Novel”, hal. 32-33.
- Dra. Yulianti Parani, “Pentas Regenerasi (Empat Sekawan Lulusan Institut Kesenian Jakarta): Dari Bosnia Sampai The Gong”, hal. 40-43.
- Danarto, “Menerobos Gong: Lewat Erotisme menuju Transformasi”, hal. 44-46.
- Dra. Yulianti Parani, “Passage through the Gong Sardono W. Kusumo dan Modernisasi Tari Indonesia”, hal. 47-49.
- Tommy F. Awuy, “Romantisme, Schiller, dan Rampok”, hal. 50-54.
- Yoseph Tapi Taum, “Pengarang Ambang dan Kedudukannya dalam Penelitian Sastra”, hal. 59-64.
Majalah Horison No. 12, Tahun XXVIII, Desember 1993
1994
Majalah Horison No. 01, Tahun XXVIII, Januari 1994
Majalah Horison No. 02, Tahun XXVIII, Februari 1994
Majalah Horison No. 03, Tahun XXVIII, Maret 1994
Esai:
- W.S. Rendra, “Kedudukan Seni Dewasa Ini”, hal. 4-7.
- Sitok Srengenge, “Dimensi Sosioedukasi Puisi-Puisi Rendra: Antara Freire dan Illich”, hal. 14-19.
- Tommy F. Awuy, “Tragedi Hamlet: Pendekatan Kritis Atas Teks”, hal. 20-25.
- Radhar Panca Dahana, “Hamlet dalam Delapan Foto”, hal. 26-32.
- Andre A. Hardjana, “Romantisisme dalam Sastra: Dari Inggris sampai Indonesia”, hal. 46-50.
- Arie F. Batubara, “Teater Jakarta dari Jendela FTJ ke-21: Erangan Kucing dan Ayam Jago yang Dipotong”, hal. 52-55.
- Nor Pud Binarto T., “Seni dalam Politik yang Mencekam: Kemungkinan Pendekatan Aksiologis”, hal. 56-59.
- Maman S. Mahayana, “Fungsi Latar dalam Puisi”, hal. 60-61.
- Jamal D. Rahman, “Pementasan Tombol 13 Teater Kubur: Lapisan Struktur Bernama ‘Dinding Besi’”, hal. 62-63.
Majalah Horison No. 04-05, Tahun XXVIII, Mei 1994
Majalah Horison No. 06, Tahun XXVIII, Juni 1994
Esai:
- Edi Sedyawati, “Seni Populer di Indonesia: Sejumlah Masalah”, hal. 4-6.
- Apsanti Djokosujatno, “Estetika dan Nilai Sastra Massa”, hal. 7-11. Download.
- Toeti Heraty Noerhadi, “Seni Populer dan Estetika”, hal. 12-15.
- S. Budhisantoso, “Seni Populer dan Segi Sosial Ekonominya”, hal. 16-21.
- Sapardi Djoko Damono, “Segi Hiburan dalam Seni Populer”, hal. 22-25.
- Maman S. Mahayana, “Mazhab-Mazhab Sastra dari Klasisisme Sampai Pascamodernisme, Bagian Pertama”, hal. 30-36.
- Ikranagara, “Modern/Postmodern: Taman Mencari Muka dalam Teks”, hal. 58-64.
1997
Majalah Horison No. 3, Tahun XXXI, Maret 1997
Esai:
- Ikranagara, “Curriculum Vitae Tagore dan Kita”, hal. 4-5.
- Budi Darma, “Manusia Konotasi dan Manusia Denotasi”, hal. 6-10.
- IBM Dharma Palguna, “Rabindranath Tagore dalam Sastra Indonesia”, hal. 11-16.
- Nyoman Tusthi Eddy, “Puisi Bali, Selintas-Pintas”, hal. 27-29.
Kakilangit: A.A. Navis
- A.A. Navis, “Robohnya Surau Kami”, hal. 3-7.
- Sunu Wasono, “Hidup Harus Diisi dengan Kerja Keras Bercucur Keringat”, hal. 8-10.
- A.A. Navis, “Inilah Cerita Bagaimana Lahirnya Cerpen ‘Robohnya Surau Kami'”, hal. 11.
- Abrar Yusra, “Waktu Kecilnya Dia Banyak Membaca dan Membuat Gambar di Kereta Api”, hal. 12-13.
- Abrar Yusra, “Mengirim Cerpen Lima Tahun, Selalu Ditolak H.B. Jassin”, hal. 23-24.
Majalah Horison No. 4, Tahun XXXI, April 1997
Esai:
- Agus R. Sarjono, “Chairil Anwar Antara Pekik dan Bisik”, hal. 4-5.
- Asrul Sani (Wawancara), “Puisi ‘Aku’ Chairil Anwar Bukan Puisi Pemberontakan”, hal. 6-12.
- Acep Zamzam Noor, “Pesantren, Santri dan Puisi”, hal. 13-17.
- Moh. Wan Anwar, “‘Tanah Air’ dalam Sajak-sajak Agus R. Sarjono”, hal. 18-22.
Kakilangit: Chairil Anwar
- Chairil Anwar, “1943”, “Senja di Pelabuhan Kecil”, “Derai-derai Cemara”, “Aku”, “Lagu Biasa”, “Doa”, “Kepada Peminta-minta”, “Diponegoro”, “Siap Sedia”, “Krawang-Bekasi”, “Kepada Kawan”, hal. 3-7.
- Sutardji Calzoum Bachri, “Perkenalan Pertama dengan Puisi Chairil Anwar: Pelopor Angkatan ’45”, hal. 8-10.
- Endo Senggono, “Chairil Anwar Penyair yang Gila Membaca dan Hafal Puisi Luar Kepala”, hal. 10-11.
- Chairil Anwar, “Membuat Sajak, Melihat Lukisan”, hal. 12.
- M. Nasruddin Anshoriy Ch., “Lemari Buku, Abang Becak dan Mesin Ketik Raib”, hal. 27-28.
1998
Majalah Horison No. 13, Tahun XXXII, Januari 1998
Esai:
- Jamal D. Rahman, “Api 1997”, hal. 4-5.
- Dr. Abdul Hadi W.M., “Relevansi Estetika Islam: Dari Sastra ke Seni Rupa Kontemporer”, hal. 6-11.
- L.K. Ara, “‘Syaer Gayo’ Sastra Bernafas Religius”, hal. 12-18.
Kakilangit: A. Hasjmy
- A. Hasjmy, “Bintang”, “Kematian Anak”, “Pengemis”, “Sawah”, “Pohon Beringin”, “Anak Nelayan”, “Tetap Terkenang”, “Tamsilan Jihad Nabi Muhammad S.A.W”, “Bukit Tusam”, hal. 3-6.
- L.K. Ara, “A. Hasjmy: Penyair Islam dan Kebangsaan yang Menyindir”, hal. 7-8.
- L.K. Ara, “A. Hasjmy Penyair Pujangga Baru dan Bapak Pendidikan Aceh”, hal. 9-10.
- L.K. Ara, “A. Hasjmy Mulai Belajar dari Hikayat Aceh”, hal. 11-12.
- L.K. Ara, “Dua Anekdot A. Hasjmy”, hal. 28.
Majalah Horison No. 4, Tahun XXXII, April 1998
Esai:
- Toeti Heraty, “Lady Di, Sastra & Media”, hal. 4-5.
- Melani Budianta, “Sastra & Ideologi Gender”, hal. 6-13.
Kakilangit: Nh. Dini
Majalah Horison No. 6, Tahun XXXII, Juni 1998
Majalah Horison No. 9-10, Tahun XXXIII, September-Oktober 1998
Esai:
- Agus R. Sardjono, “Representasi Rumah (Tangga) dalam Sastra Indonesia”, hal. 4-5.
- Taufik Abdullah, “Sastra, Ideologi Kebudayaan, dan Hegemoni: Sebuah Ekskursi Sejarah”, hal. 6-13.
- Budi Darma, “Sastra Kita Menjelang Akhir Abad”, hal. 14-25.
- Ignas Kleden, “Buntut Panjang Cerita Pendek (Pengakuan Seorang Pembaca)”, hal. 26-30.
- Afrizal Malna, “Emansipasi Sastra Terhadap Krisis Nasional dari Suatu Mulut dan Telinga yang Terkunci”, hal. 31-33.
Kakilangit: Rustam Effendi
Majalah Horison No. 11, Tahun XXXIII, Nopember 1998
Kakilangit: Umar Kayam.
Majalah Horison No. 12, Tahun XXXIII, Desember 1998
Kakilangit: Satyagraha Hoerip.
1999
Majalah Horison No. 1, Tahun XXXIII, Januari 1999
Esai:
- Taufiq Ismail, “1998, Tahun Mencabut Sembilu”, hal. 4-5.
- Ilham Khoiri 4., “Konsep Estetika dan Kesenian Muhammad Iqbal”, hal. 6-15.
- Dr. Abdul Hadi W.M., “Estetika Sebagai Ekspresi Religiusitas”, hal. 16-22.
Kakilangit: Hamka
- Hamka, “Di Padang Panjang” (Bab IX dari Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck“, hal. 3-6.
- Hamid Jabbar, “Belajar dari ‘Cinta Idealistik’nya Hamka”, hal. 7-8.
- Sutan Iwan Soekri Munaf, “Hamka (1908-1981): Sastrawan dan Ulama Besar”, hal. 9-11.
- Sutan Iwan Soekri Munaf, “Hamka (1908-1981): Menulis dari Pengalaman dan Membaca”, hal. 12-14.
- Sutan Iwan Soekri Munaf, “Beberapa Anekdot Hamka”, hal. 28.
Majalah Horison No. 2, Tahun XXXIII, Februari 1999
Esai:
- Jamal D. Rahman, “Menata Kembali Kebudayaan Indonesia”, hal. 4-5.
- Hasan Alwi, “Sastra di Indonesia Perlukah Dibina dan Dikembangkan?”, hal. 6-9.
- Wahyudi Ruwiyanto, “Balai Pustaka dan Sastra: Pelestarian dan Pemasyarakatan Nilai-Nilai Luhur Budaya Bangsa”, hal. 10-15.
Kakilangit: Subagio Sastrowardoyo
- Subagio Sastrowardoyo, “Dan Kematian Makin Akrab (Sebuah Nyanyian Kabung)”, “Manusia Pertama di Angkasa Luar”, “Di Ujung Ranjang”, “Abil dan Kabil”, “Daerah Perbatasan”, “Pidato di Kubur Orang”, “Bima”, “Adam”, dan “Nawang Wulan (Yang Melindungi Bumi dan Padi)”, hal. 3-6.
- Cecep Syamsul Hari, “Subagio Sastrowardoyo (1924-1995) Menulis Sepi Pada Tepi yang Tak Mungkin Lagi Kembali”, hal. 7-9.
- Korrie Layun Rampan, “Hanya Percaya Kepada Sastra”, hal. 10-11.
- Korrie Layun Rampan, “Sajak=Alam Bayangan Angan-angan yang Tidak Terikat”, hal. 12-14.
Majalah Horison No. 3, Tahun XXXIII, Maret 1999
Kakilangit: Marah Rusli.
Majalah Horison No. 4, Tahun XXXIII, April 1999
Kakilangit: Mohammad Diponegoro.
Majalah Horison No. 5, Tahun XXXIII, Mei 1999
Esai:
- Sutardji Calzoum Bachri, “Puisi dan Sejarah”, hal. 4-5.
- Budi Darma, “Sastra Kita Menghadapi Masa Depan”, hal. 6-15.
Kakilangit: Selasih
Majalah Horison No. 6, Tahun XXXIII, Juni 1999
Kakilangit: Nugroho Notosusanto.
Majalah Horison No. 7, Tahun XXXIII, Juli 1999
Kakilangit: Suman Hs.
Majalah Horison No. 9, Tahun XXXIV, September 1999
Kakilangit: Nasjah Djamin.
Majalah Horison No. 10, Tahun XXXIV, Oktober 1999
Esai:
- Agus R. Sardjono, “Mengakhiri Sensor Mania”, hal. 4-5.
- Apsanti Djokosujatno, “Kejahatan dalam Fiksi”, hal. 6-11.
- F. Rahardi, “Linus Suryadi sebagai Korban Kultur Jawa”, hal. 12-15.
Kakilangit: Linus Suryadi AG
Majalah Horison No. 11, Tahun XXXIV, November 1999
Kakilangit: Arifin C. Noer.
2000
Majalah Horison No. 1, Tahun XXXIV, Januari 2000
Kakilangit: Bahrum Rangkuti.
Majalah Horison No. 3, Tahun XXXIV, Maret 2000
Kakilangit: A. Bastari Asnin.
Majalah Horison No. 4, Tahun XXXIV, April 2000
Esai:
- Taufiq Ismail, “Kontribusi Sastrawan bagi Pendidikan Bangsa: Kakilangit, MMAS, SBSB dan SBMM menggarap siswa, guru dan mahasiswa”, hal. 4-5.
- Maman S. Mahayana, “Terbentuknya Citra Sastrawan Indonesia”, hal. 6-22.
- Baha Zain, “Penyair dalam Zaman Wawasan 2020”, hal. 2-5. Lembaran Mastera.
Kakilangit: Goenawan Mohamad
- Goenawan Mohamad, “Meditasi”, “Di Muka Jendela”, “Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi”, “Kwatrin tentang Sebuah Poci”, “Tentang Seorang yang Terbunuh Di Sekitar Hari Pemilihan Umum”, “Penangkapan Sukra”, “Zagreb”, hal. 3-8.
- Agus R. Sarjono, “Goenawan Mohamad: Mempertanyakan yang Mapan dengan Gumam”, hal. 9-11.
- Puji Santtoso, “Goenawan Mohamad Penyair Cendekia yang Piawai Membikin Pasemon”, hal. 12-14.
- Puji Santoso, “Estetika Puisi sebagai Pasemon”, hal. 15-17.
Majalah Horison No. 5, Tahun XXXIV, Mei 2000
Esai:
- Agus R. Sarjono, “Rumah Tangga Sastra Kita”, hal. 4-5.
- Taufiq Ismail, “5 Tunas Pengarang dan HB Jassin, 1954”, hal. 6-9.
- Wiratmo Soekito, “Heroisme, dan Bukan Kultus”, hal. 10-12.
- Nh. Dini, “HB Jassin yang Saya Kenal”, hal. 13-15.
- Afrizal Malna, “HB Jassin dan Konstruksi Keterasingan“, hal. 16-18.
- Maman S. Mahayana, “HB Jassin sebagai Juru Bicara Sastra Angkatan 1945”, hal. 19-28.
- Jamal D. Rahman, “HB Jassin Kita Telah Tiada”, hal. 29.
Kakilangit: Sanusi Pane
- Sanusi Pane, “Kertajaya (Bagian Kedua)”, hal. 3-7.
- Korrie Layun Rampan, “Hari-hari Terakhir Wangsa Isyana”, hal. 8-10.
- Korrie Layun Rampan, “Sanusi Pane (1905-1968): Penggali Sumber-sumber Sejarah dan Akar Lokal”, hal. 11-12.
- Korrie Layun Rampan, “Mengawinkan Rasionalitas Barat dengan Sifat Meditatif Timur”, hal. 13-15.
Majalah Horison No. 6, Tahun XXXIV, Juni 2000
Kakilangit: Toha Mohtar.
Majalah Horison No. 7, Tahun XXXIV, Juli 2000
Kakilangit: Taufiq Ismail.
Majalah Horison No. 9, Tahun XXXV, September 2000
Majalah Horison No. 11, Tahun XXXV, November 2000
Kakilangit: Kirdjomuljo.
Majalah Horison No. 12, Tahun XXXV, Desember 2000
Kakilangit: Abdul Hadi W.M.
2001
Majalah Horison No. 1, Tahun XXXV, Januari 2001
Kakilangit: Hamsad Rangkuti.
Majalah Horison No. 2, Tahun XXXV, Februari 2001
Kakilangit: Kuntowijoyo.
Majalah Horison No. 3, Tahun XXXV, Maret 2001
Kakilangit: Toeti Heraty.
Majalah Horison No. 4, Tahun XXXV, April 2001
Kakilangit: Nur Sutan Iskandar.
Majalah Horison No. 5, Tahun XXXV, Mei 2001
Kakilangit: Saini KM.
Majalah Horison No. 6, Tahun XXXV, Juni 2001
Kakilangit: Trisno Sumardjo.
Majalah Horison No. 7, Tahun XXXV, Juli 2001
Kakilangit: Iwan Simatupang.
Majalah Horison No. 9, Tahun XXXV, September 2001
Esai:
- Taufiq Ismail, “Titik Cahaya Makin Terang di Ujung Terowongan”, hal. 4-6.
- Arif B. Prasetyo, “Dalam Pusaran Takdir Sisyphus: Biografi Literer Sastrawan-Pelukis Frans Nadjira”, hal. 15-26. Download.
Kakilangit: Adinegoro
Majalah Horison No. 10, Tahun XXXV, Oktober 2001
Kakilangit: Y.B. Mangunwijaya.
Majalah Horison No. 12, Tahun XXXV, Desember 2001
Kakilangit: Danarto.
2002
Majalah Horison No. 4, Th. XXXV, Edisi Khusus April 2002
Esai:
- Taufiq Ismail, “Keyakinan bahwa Puisi Memberi Arti bagi Kehidupan”, hal. 4.
- Martin Mooij, “Semacam Pidato Pembukaan”, hal. 7-12.
- Rendra, “’Puisi di Tengah Semua Ini’”, hal. 13-14.
- Dr. Sohaimi Abdul Aziz, “Sindiran Melalui Humor Hiperbolik dalam ‘Big Mama’s Funeral’ dan ‘Igauan’: Suatu Perbandingan”, hal. 2-9 (Lembaran Mastera).
Kakilangit: H.B. Jassin.
Majalah Horison No. 9, Tahun XXXVI, September 2002
Esai:
- Jamal D. Rahman, “Sastrawan Tanpa Sastra”, hal. 4-5.
- Ignas Kleden, “Sastra Indonesia dan Saya: Sebuah Perjumpaan (untuk Leo Kleden, mengenang 23 Juni 1979)”, hal. 14-22.
Kakilangit: Soewarsih Djojopoespito
- Soewarsih Djojopoespito, “Penggeledahan” (Bagian 10, Manusia Bebas), hal. 3-6.
- Jakob Sumardjo, “Humor dalam Ketegangan”, hal. 7-9.
- Jakob Sumardjo, “Proses Kreatif Soewarsih Djojopoespito: Sebuah Tafsir”, hal. 10-11.
- Jakob Sumardjo, “Soewarsih Djojopoespito (1912-…): Pejuang yang Cinta Sastra”, hal. 12-14.
Majalah Horison No. 12, Tahun XXXVI, Desember 2002
Esai:
- Herry Dim, “Sssttt…”, hal. 4-6.
- Suminto A. Sayuti, “Dialektika antara Teks dan Konteks: Potret Pembangunan dalam Puisi Rendra”, hal. 10-24.
- Arief Budiman, “Esai tentang Esai”, hal. 2-4. Lembaran Mastera.
Kakilangit: Aryanti
- Aryanti, “Tabrak Lari”, hal. 3-5.
- Puji Santosa, “‘Jangan Sangka Saya Mimpi'”, hal. 6-8.
- Puji Santosa, “Sang Penggali Nilai-nilai Tradisional”, hal. 9-11.
- Puji Santosa, “Aryanti (1928-…): Semula Tak Kagum pada Kartini”, hal. 12-14.
2003
Majalah Horison No. 5, Tahun XXXVI, Mei 2003
Esai:
- Jamal D. Rahman, “Reformasi, Sebuah Drama Pembajakan”, hal. 4-5.
- Riris K. Toha-Sarumpaet, “Sastra dan Anak: Penjajah dan Taklukannya”, hal. 12-21.
Kakilangit: Sitor Situmorang.
- Sitor Situmorang, “Ibu Pergi ke Surga”, hal. 3-6.
- Maman S. Mahayana, “Potret Kultur dan Agama Keluarga Batak”, hal. 7-9.
- Maman S. Mahayana, “Kegelisahan Tanda Hidup”, hal. 10-12. Kemudian dimuat ulang dengan beberapa tambahan untuk pengantar buku kumpulan esai Sitor Situmorang, Sastra Revolusioner (Yogyakarta: Mahatari, 2004), hal. v-xvi.
- Maman S. Mahayana, “Sitor Situmorang (1924- ): Pengelanaan Sitor Situmorang”, hal. 13-15.
2004
Majalah Horison No. 1, Tahun XXXVIII, Januari 2004
Esai:
- Agus R. Sarjono, “Sebuah Bukan Esai tentang Esai”, hal. 7-24.
- Ignas Kleden, “Esai: Godaan Subyektivitas”, hal. 25-38.
Kakilangit: M. Fudoli Zaini.
Majalah Horison No. 4, Tahun XXXVIII, April 2004
Esai:
- Cecep Syamsul Hari, “Presiden Republik Indonesia”, hal. 4-6.
- Tinuk R. Yampolsky, “Ben Okri: Penulis dari Negeri Kaum Papa”, hal. 29-30.
Kakilangit: Emha Ainun Nadjib
- Emha Ainun Nadjib, “99 Untuk Tuhanku: 0”, “99 Untuk Tuhanku: 5”, “99 Untuk Tuhanku: 13”, “99 Untuk Tuhanku: 18”, “99 Untuk Tuhanku: 34”, “99 Untuk Tuhanku: 23”, “99 Untuk Tuhanku: 59”, “99 Untuk Tuhanku: 47”, “99 Untuk Tuhanku: 99”, “Cahaya Maha Cahaya”, “Kudekap Kusayang-sayang”, hal. 3-8.
- Agus R. Sarjono, “Emha Ainun Nadjib: Sastrawan Biasa yang Luar Biasa”, hal. 9-10.
- Emha Ainun Nadjib, “Hal Menjadi Penyair”, hal. 11-14.
- Agus R. Sarjono, “Emha Ainun Nadjib: Dia yang di Sela-sela Indonesia”, hal. 15-16.
Majalah Horison No. 6, Tahun XXXVIII, Juni 2004
Esai:
- Rahman Arge, “Pertarungan dalam Sarung”, hal. 4-6.
- Zulfaisal Putra, “Aku Guru, Kalian Siswa, Mereka Sastrawan (Surat Terbuka buat Penyair Lilis M.S.)”, hal. 20-24.
Kakilangit: Ramadhan K.H.
- Ramadhan K.H., “Tanah Kelahiran”, “Dendang Sayang”, “Pembakaran”, hal. 3-7.
- Nenden Lilis A., “Menengok Si Jelita yang Terluka”, hal. 8-9.
- Nenden Lilis A., “Ramadhan K.H.: ‘Dari Pengarang, Ditunggu Perlawanan Terhadap Kezaliman…'”, hal. 10-12.
- Nenden Lilis A., “Menguak Riwayat Hidup Sang Penulis Riwayat Hidup”, hal. 13-15.
2007
Majalah Horison No. 8, Tahun XLII, Agustus 2007
Esai:
- Cecep Syamsul Hari, “Puisi dan Yang Lain”, hal. 4-6.
- Maman S. Mahayana, “Ironi Penyair Toeti Heraty Noerhadi”, hal. 15-20.
- Helmi Halim, “Yura Halim: Permata yang Gemerlapan”, hal. 9-16. Lembaran Mastera.
Kakilangit: Afrizal Malna
- Afrizal Malna, “Dada”, “Asia Membaca”, “Chanel 00”, “Buku Harian dari Gurindam Duabelas”, “Dalam Gereja Munster”, “Masyarakat Rosa”, “Personifikasi dari 70 KM”, hal. 3-8.
- Agus R. Sarjono, “Instalasi Benda-benda di Dada Afrizal Malna”, hal. 9-10.
- Agus R. Sarjono, “Puisi, Menata Gambar Menata Instalasi”, hal. 11-12.
- Wan Anwar, “Dari Migrasi ke Migrasi”, hal. 13-14.
2009
Majalah Horison No. 4, Tahun XLIII, April 2009
Kakilangit: Chairil Anwar.
Majalah Horison No. 6, Tahun XLIII, Juni 2009
Esai:
- Cecep Syamsul Hari, “Sastra dan Kedwibahasaan”, hal. 2-4.
- Maman S. Mahayana, “Legenda Chairil Anwar”, hal. 15-20.
Kakilangit: Soni Farid Maulana
Majalah Horison No. 7, Tahun XLIII, Juli 2009
Kakilangit: Soekarno.
Majalah Horison No. 8, Tahun XLIV, Agustus 2009
Kakilangit: Herman KS.
Majalah Horison No. 10, Tahun XLIV, Oktober 2009
Kakilangit: Muhammad Yamin.
Majalah Horison No. 11, Tahun XLIV, Nopember 2009
Kakilangit: Iwan Simatupang.
Majalah Horison No. 12, Tahun XLIV, Desember 2009
2010
Majalah Horison No. 1, Tahun XLIV, Januari 2010
Kakilangit: Sri Mangkunegara IV.
Majalah Horison No. 2, Tahun XLIV, Pebruari 2010
Kakilangit: Juniarso Ridwan.
Majalah Horison No. 3, Tahun XLIV, Maret 2010
Kakilangit: Raja Ali Haji.
Majalah Horison No. 4, Tahun XLIV, April 2010
Kakilangit: Achdiat K. Mihardja.
Majalah Horison No. 10, Tahun XLV, Oktober 2010
Kakilangit: Sindhunata.
2011
Majalah Horison No. 11, Tahun XLVI, November 2011
Kakilangit: Trisno Sumardjo.
2014
Majalah Horison No. 1, Tahun XLVIII, Januari 2014
Majalah Horison No. 2, Tahun XLVIII, Pebruari 2014
Majalah Horison No. 3, Tahun XLVIII, Maret 2014
Majalah Horison No. 4, Tahun XLVIII, April 2014
Majalah Horison No. 5, Tahun XLVIII, Mei 2014
Majalah Horison No. 6, Tahun XLVIII, Juni 2014
Kakilangit: Kirdjomulyo.
Majalah Horison No. 7, Tahun XLVIII, Juli 2014
Kakilangit: Asrul Sani.
Majalah Horison No. 8, Tahun XLIX, Agustus 2014
Kakilangit: Jalaluddin Rumi.
Majalah Horison No. 9, Tahun XLIX, September 2014
Kakilangit: Ramadhan K.H.
Majalah Horison No. 10, Tahun XLIX, Oktober 2014
Majalah Horison No. 11, Tahun XLIX, November 2014
Esai:
- Ahmad Saelan, “Peringatan Sumpah Pemuda: Tolonglah (Bahasa) Indonesia!”, hal. 2-4.
- Budhi Setiawan, “Jaket Kuning untuk Slamet Sukirnanto”, hal. 28-33.
- Shafwan Hadi Umry, “Tan Sri Ismail Hussein: Sang Sirih Pulang ke Bumi”, hal. 34-36.
Kakilangit: Subagio Sastrowardoyo
- Subagio Sastrowardoyo, “Dan Kematian Makin Akrab (Sebuah Nyanyian Kabung)”, “Manusia Pertama di Angkasa Luar”, “Daerah Perbatasan”, “Nawang Wulan (Yang Melindungi Bumi dan Padi)”, “Adam”, “Bima”, “Pidato di Kubur Orang”, “Di Ujung Ranjang”, “Abil dan Kabil”, hal. 3-8.
- Cecep Syamsul Hari, “Menulis Sepi pada Tepi yang Tak Mungkin Lagi Kembali”, hal. 9-11.
- Korrie Layun Rampan, “Alam Bayangan Angan-angan yang Tak Terikat”, hal. 12-14.
- Korrie Layun Rampan, “Subagio Sastrowardoyo (1924-1995): Hanya Percaya Kepada Sastra”, hal. 15-16.
2016
Majalah Horison No. 5, Tahun L, Mei 2016
Esai:
- Jamal D. Rahman, “Mentalitas Hutan, Mentalitas Taman”, hal. 2-4.
- Sunu Wasono, “Membaca Pulau Tanpa Cinta Karya Jasni Matlani”, hal. 27-33.
- Taufiq Ismail, “Memahami Jarak dan Aroma Ajal: Mengenang Wafatnya Hamid Jabbar (1949-2004) Dua Belas Tahun yang Lalu”, hal. 34-36.
Kakilangit: Hamid Jabbar
- Hamid Jabbar, “Asslamu’alaikum, I”, “Indonesiaku”, “Homo Homini Lupus”, “Proklamasi, 2”, “Jemari”, “Kebangkitan”, “Sajak dalam Sajak”, hal. 3-11.
- Jamal D. Rahman, “Debu yang Diterbangkan Limbubu”, hal. 12-14.
- Jamal D. Rahman, “Hamid Jabbar: Yang Kalangkabut dan yang Melimpah”, hal. 15-16.
- Jamal D. Rahman, “Hamid Jabbar (1949-2004): Penyair yang Wafat Saat Baca Puisi”, hal. 17-19.
2018
Majalah Horison No. 2, Tahun 52, April – Mei – Juni 2018
Esai:
- Chairil Gibran Ramadhan, “Horison dan Perempuan”, hal. 2-3.
- Laora Arkeman, “Perempuan dalam Sastra Kita”, hal. 63-69.
- Jamal T. Suryanata, “Perspektif (Bukan) Feminis: Perempuan, Sastra, Religiusitas”, hal. 70-86.
- Jamal D. Rahman, “Antologi Puisi Muslimah Penyair Indonesia: Yang Transenden & Yang Imanen, Yang Maskulin & Yang Feminin”, hal. 87-101.
Majalah Horison No. 3, Tahun 52, Juli – Agustus – September 2018
Esai:
- Jamal D. Rahman, “Tantangan Sastra bagi Era Milenial”, hal. 2-4.
- Maman S. Mahayana, “Antara Indonesia dan Malaysia: Gerakan Puisi sebagai Perjuangan Bangsa”, hal. 73-80.
- Tjahjono Widijanto, “Danarto, Realisme Magis, dan Ngelmu Sangkan Paran“, hal. 81-89.
Majalah Horison No. 4, Tahun 52, Oktober – November – Desember 2018
Esai:
- Taufiq Ismail, “Balai Pustaka 100 Tahun”, hal. 2-4.
- Jamal D. Rahman, “Transformasi Sikap Pesantren terhadap Elemen Kolonial: Balai Pustaka, Dasi, dan Terompah”, hal. 5-18.
- Maman S. Mahayana, “Sihir Puisi”, hal. 87-93.
Majalah Horison No. 1, Tahun 53, Januari – Februari – Maret 2019
Esai:
- Jamal D. Rahman, “Catatan Ringan dari Kongres Kebudayaan Indonesia 2018”, hal. 2-4.
- Sulaiman Djaya, “Nietzsche, Kepenyairan, Pemikiran”, hal. 54-63.
- Sunu Wasono, “Kumpulan Cerpen Karapan Laut Karya Mahwi Air Tawar: Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan di Madura”, hal. 64-68.
- Henri Chambert-Loir, “Pengalaman Naik Haji Menurut Kisah Tertulis Orang Indonesia”, hal. 69-81.
- Sri Nur Aeni, “Mengenang Danarto (1940-2018): Lingkaran Enam Bagian”, hal. 82-85.
- Joni Ariadinata, “Mengenang Hamsad Rangkuti (1943-2018): Doa Terakhir Lelaki Setia”, hal. 86-89.