Arsip Jurnal Kalam

Jurnal kebudayaan Kalam memuat esai, prosa dan puisi. Jurnal Kalam edisi pertama terbit tahun 1994 dan edisi 22 tahun 2005. Semula Jurnal Kalam terbit dalam ukuran majalah, tetapi sejak edisi 15 tahun 2000 terbit dengan ukuran lebih kecil.

Saat ini, semua edisi Jurnal Kalam cetak bisa diunduh gratis di situs Komunitas Salihara.

1994

Jurnal Kalam edisi 1, 1994. Tema: Postmodernisme di Sekitar Kita.

Esai:

  1. Nirwan Dewanto, “Carut-Marut yang Bikin Kagum dan Cemas: Mengapa “Postmodernisme” di Edisi Ini”, hal. 4-11.
  2. Ahmad Sahal, “Kemudian, Di Manakah Emansipasi? Tentang Teori Kritis, Genealogi, dan Dekonstruksi”, hal. 12-22.
  3. Bob Sugeng Hadiwinata, “‘Theatrum Politicum’: Postmodernisme dan Krisis Kapitalisme Dunia”, hal. 23-31.
  4. Andy Siswanto, “Menyangkal Totalitas dan Fungsionalisme: Postmodernisme dalam Arsitektur dan Desain Kota”, hal. 32-46.
  5. Tommy F. Awuy, “Menolak Logosentrisme, Merayakan Perbedaan: Tentang Asal-usul Postmodernisme dalam Kancah Filsafat Barat”, hal. 47-53.
  6. Komaruddin Hidayat, “Melampaui Nama-Nama: Islam dan Postmodernisme”, hal. 54-58.
  7. George J. Aditjondro, “Pengetahuan-Pengetahuan Lokal yang Tertindas: Meneropong Gerakan Lingkungan di Indonesia Melalui Konsep ‘Kuasa/Pengetahuan’ Foucault”, hal. 59-64.
  8. Keith Foulcher, “Beranjak dari Paradigma Lama: Imbasan Postmodernisme dalam Kajian Budaya Indonesia di Australia”, hal. 65-70.
  9. Goenawan Mohamad, “Revolusi dan Praksis Anarkis: Marxisme dan Postmodernisme, Dilihat dari Indonesia di Tahun 1993”, hal. 71-79.
  10. Ariel Heryanto, “Postmodernisme: Yang Mana? Tentang Kritik dan Kebingungan dalam Debat Postmodernisme di Indonesia”, hal. 80-93.

Jurnal Kalam edisi 2, 1994. Tema: Polemik Musik Indonesia, Estetika dan Politik, dan Wacana Postkolonial.

Esai:

  1. Franki Raden, “Dinamika Pertemuan Dua Tradisi: Musik Kontemporer Indonesia, di Abad ke-20”, hal. 6-14.
  2. Slamet Abdul Sjukur, “Mak Comblang dan Pionir Asongan: Musik Kontemporer Itu Apa?”, hal. 15-19.
  3. Dieter Mack, “Sejarah, Tradisi, dan Penilaian Musik: Mempertimbangkan ‘Musik Kontemporer’ dari Kacamata Budaya Barat”, hal. 20-30.
  4. Yapi Tambayong, “Niat Kembali Sonder Pergi: Pelbagai Pergulatan Musik (di) Indonesia”, hal. 31-40.
  5. Melani Budianta, “Yang Memandang dan Yang Dipandang: Potret Orang Kecil dan Wacana (Post-)Kolonial”, hal. 56-66.
  6. Umar Junus, “Membaca Unsur yang Terabaikan: Dari Cerita ke Teks”, hal. 67-74.
  7. A. Teeuw, “Nikmat Sastra Lama Bagi Sastra Baru: Tentang Persambungan Sejarah dan Penciptaan Sastra”, hal. 75-85.
  8. Taufik Abdullah, “Sebuah Kilas Balik yang Berpihak: Tentang Peta Pemikiran Kebudayaan”, hal. 97-105.
  9. Yasraf Amir Piliang, “Tamasya di Antara Keping-Keping Masa Lalu: Seni pada Titik Balik Modernitas”, hal. 106-114.
  10. F. Budi Hardiman, “Antara Estetika Penyelamatan dan Demistifikasi: Perdebatan Walter Benjamin dan Theodor Adorno”, hal. 115-128.

1995

Jurnal Kalam edisi 5, 1995.

Esai:

  1. Suka Hardjana, “Catatan Musik Indonesia: Fragmentasi Seni Modern yang Terasing”, hal. 5-23.
  2. FX Harsono, “Tema Kerakyatan dalam Seni Lukis Indonesia: Perbandingan Masa Persagi dan Orde Baru”, hal. 24-33.
  3. Franki Raden, “Melampaui Batasan Estetika Formal: Tentang Pengkajian dan Pendidikan Tinggi Seni”, hal. 34-40.
  4. Edriana, “Representasi Perempuan dalam Ruang Publik: Kalam, Nasionalisme, dan Perempuan”, hal. 41-49.
  5. Bagoes P. Wiryomartono, “Dekonstruksi dalam Arsitektur: Sebuah Penjelajahan Kemungkinan”, hal. 50-63.
  6. Octavio Paz, “Puisi dan Modernitas”, terj. Florent Stoffer dan Budi Setiawan, hal. 70-81.
  7. Ben Okri, “Tentang Para Penyair dan Musuh Mereka”, terj. Dadi Darmadi, hal. 82-88.
  8. Yasraf Amir Piliang, “Merayakan Abnormalitas: Identitas di Zaman Pluralisme Kebudayaan”, hal. 89-99.
  9. I. Bambang Sugiharto, “Mengembalikan Filsafat kepada Metafor”, hal. 100-108.
  10. Seno Gumira Ajidarma, “Dari ‘Rocky’ sampai ‘Rashomon’: Teoretisasi Penulisan Skenario”, hal. 109-129.

Jurnal Kalam edisi 6, 1995. Tema: Menimbang Pramoedya, Menjelajahi Tradisi.

Esai:

  1. A. Teeuw, “Revolusi Indonesia dalam Imajinasi Pramoedya Ananta Toer”, hal. 4-47.
  2. I Gusti Agung Ayu Ratih, “Rushide dan Pramoedya: Bersimpangnya Narasi tentang Bangsa”, hal. 48-73.
  3. Daniel Dhakidae, “Kesusastraan, Kekuasaan, dan Kebudayaan Suatu Bangsa”, hal. 74-102.
  4. Endo Suanda, “Topeng Cirebon di Tengah Perubahan”, hal. 107-123.
  5. Heddy Shri Ahimsa Putra, “Levi-Strauss di Kalangan Orang Bajo”, hal. 124-143.
  6. Halim HD, “Naluri, Harga Diri dan Seni Tradisi: Sebuah Wawancara Imajiner”, hal. 144-154.

1996

Jurnal Kalam edisi 7, 1996. Tema: Budaya Massa: Milik Siapa.

Esai:

  1. Nirwan Dewanto, “Sekadar Pengantar”, hal. 2-3.
  2. Arswendo Atmowiloto, “Proses Budaya: Wayang Kulit & Dangdut”, hal. 4-13.
  3. Yapi Tambayong, “Seni Teatral dalam Bisnis Seni Populer: Mejeng-Beken-Kepeng”, hal. 14-28.
  4. Ayu Utami, “Barbie”, hal. 29-40.
  5. Noor Cholis, “Tentang Komik: Yang Menggemaskan, Yang Cerdas”, hal. 41-51.
  6. Dieter Mack, “Mengapa ‘New Age’ dan ‘World Music’: Musik dari Sudut Pandang Multikultural”, hal. 81-92.
  7. Moelyono, “KUD atau Kesenian Unit Desa”, hal. 93-99.
  8. Jaya Suprana, “Tertawa: Telaah Kelirumologis”, hal. 100-109.
  9. Goenawan Mohamad, “Zarathustra di Tengah Pasar”, hal. 110-124.

1997

Jurnal Kalam edisi 9, 1997.

Edisi ini memuat tulisan 3 penulis Prancis dan 12 penulis Indonesia yang berdiskusi dengan tema Sumber Sebuah Karya. Edisi ini juga memuat rekaman diskusi tersebut yang berlangsung sebanyak empat sesi.

Esai:

  1. Nirwan Dewanto, “Perihal Gagasan”, hal. 2-4.
  2. Putu Wijaya, “Dongeng”, hal. 46-50.
  3. Elisabeth D. Prasetyo, “Buaya Putih”, hal. 51-53.
  4. Y.B. Mangunwijaya, “Novel Saya dan Lakon Wayang”, hal. 54-58.
  5. Daniele Sallenave, “Dunia Kita”, hal. 63-66.
  6. Sindhunata, “Berguru pada Estetika Semar”, hal. 67-70.
  7. Korrie Layun Rampan, “Menimba dari Dunia yang Terbelah”, hal. 71-73.
  8. Parakitri, “Metanoia”, hal. 82-85.
  9. N H. Dini, “Khayalan yang Tepat dan Layak Terjadi”, hal. 86-88.
  10. Linus Suryadi AG, “Tempat: Sumber Penciptaan”, hal. 89-91.
  11. Olivier Rolin, “Antara Ruang dan Penulisan”, hal. 92-94.
  12. Arswendo Atmowiloto, “Kreativitas-Kompromi”, hal. 103-105.
  13. Marianne Katoppo, “Waktu yang Terbagi”, hal. 106-107.
  14. Seno Gumira Ajidarma, “Ruang dan Waktu dalam Taman dan Genta”, hal. 108-109.

Jurnal Kalam edisi 10, 1997. Tema: Tafsir: Dari Melayu hingga Eropa.

Esai:

  1. Ahmad Sahal, “Tafsir: Menuju Puisi?”, hal. 2-8.
  2. Umar Junus, “‘Sastra Lama’: Antara Sudah dan Belum Selesai”, hal. 9-32.
  3. Leo Kleden, “Teks, Ceritera dan Transformasi Kreatif”, hal. 33-48.
  4. Goenawan Mohamad, “H.B. Jassin. Di mana Berakhirnya Mata Seorang Penyair?”, hal. 49-65.
  5. Taufik Abdullah, “Masalah Kontemporer Ilmu Sejarah dan Historiografi”, hal. 66-90.

1998

Jurnal Kalam edisi 11, 1998. Tema: Sastra dan Representasi.

Esai:

  1. Ahmad Sahal, “Musykilnya Representasi”, hal. 3-4.
  2. Ignas Kleden, “Fakta dan Fiksi tentang Fakta dan Fiksi: Imajinasi dalam Sastra dan Ilmu Sosial”, hal. 5-35.
  3. Manneke Budiman, “Melukiskan Sakuntala Memandang Malavikagnimitra”, hal. 36-50.
  4. Melani Budianta, “Pena yang Berdarah: TKW dalam Novel Postkolonial”, hal. 51-67.
  5. Will Derks, “Pengarang Indonesia sebagai Tukang Sastra”, hal. 90-100.
  6. Nirwan Dewanto, “Panggung di Ambang Maut: Surat Seorang Sutradara Imajiner”, hal. 101-112.

Jurnal Kalam edisi 12, 1998. Tema: Lakon Jawa, Lakon Itali.

Esai:

  1. Budi Susanto, S.J., “‘BELUM TAHU DIA!’: Ketoprak dan Nasionalisasi Ratu Kidul”, hal. 2-18.
  2. Endo Suanda, “Fluiditas Tekstual, Fluiditas Kultural: Studi Kasus Kesenian Cirebon”, hal. 105-115.
  3. Ayu Utami, “Membantah Mantra, Membantah Subjek”, hal. 116-124.

1999

Jurnal Kalam edisi 13, 1999. Tema: Puisi Kita Kini.

Esai:

  1. Sapardi Djoko Damono, “Kelisanan dalam Keberaksaraan: Kasus Puisi Indonesia Mutakhir”, hal. 2-27.
  2. Joko Pinurbo, “Puisi Indonesia: Antara Komitmen Sosial dan Jelajah Estetik”, hal. 28-50.
  3. Arif B. Prasetyo, “Sekadar Singgah Minum: Tentang ‘Misalkan Kita di Sarajevo'”, hal. 51-73.
  4. Hasif Amini, “Cerita-Cerita Bertanding Menyusun Dunia: Fiksi Peter Carey”, hal. 95-100.
  5. Kasijanto, “Rusuh Buruh Koepoe Taroeng dalam Roman Merah“, hal. 117-127.

Jurnal Kalam edisi 14, 1999. Tema: Pascakolonialisme dan Sastra.

Esai:

  1. Faruk, “Mimikri dalam Sastra Indonesia”, hal. 2-14.
  2. Keith Foulcher, “Mimikri ‘Sitti Nurbaya’: Catatan untuk Faruk”, hal. 15-26.
  3. Melani Budianta, “Representasi Kaum Pinggiran dan Kapitalisme”, hal. 27-53.
  4. Henk Maier, “Pengulangan, Gema, Bayangan: H.C. Zentgraaf dan Nur St. Iskandar”, hal. 54-65.
  5. Manneke Budiman, “Datang, Pandang, Menang(is): Tafsir Lintas Budaya”, hal. 66-80.
  6. Ari J. Adipurwawidjana, “Pola Narasi Kolonial dan Pascakolonial”, hal. 81-92.
  7. John M. Coetzee, “Bangkit dari Sensor”, hal. 115-127.

2000

Jurnal Kalam edisi 15, 2000. Tema: Menguak Tubuh.

Esai:

  1. Goenawan Mohamad, “Tubuh, Melankoli, Proyek”, hal. 5-25.
  2. I. Bambang Sugiharto, “Penjara Jiwa, Mesin Hasrat: Tubuh Sepanjang Budaya”, hal. 26-42.
  3. Chua Beng-Huat, “Tubuh di Mal: Pamer, Bentuk, Keintiman”, hal. 44-59. Diterjemahkan oleh Y. Bintang Prakarsa.
  4. Apsanti Djokosujatno, “Marquis de Sade, Kesakitan, dan Erotisme”, hal. 61-78.
  5. Will Derks, “Tubuh Liar: ‘Realisme Grotesk’ dalam Cerita Melayu”, hal. 79-106. Diterjemahkan oleh Hasif Amini.

Jurnal Kalam edisi 16, 2000. Tema: Menilik Tokoh.

Esai:

  1. Nirwan Dewanto, “Tokoh atau Karya? Sekadar Pengantar”, hal. 2-4.
  2. Umar Junus, “Membaca Amir: Tentang Sejarah, Ilmu, dan Biografi”, hal. 6-28.
  3. Madelon Djajadiningrat-Nieuwenhuis, “Noto Soeroto: Aristo-demokrat Tanpa Pendukung”, hal. 30-76. Diterjemahkan oleh Retno Pujiastuti.
  4. Sal Murgiyanto, “Huriah Adam: Peneguh Tari Minang Baru”, hal. 77-96.
  5. Seno Gumira Ajidarma, “Dunia Komik Zaldy”, hal. 98-119.
  6. Sapardi Djoko Damono, “Membaca Subagio: Sebuah Surat Upaya”, hal. 120-141.
  7. Bakdi Soemanto, “Dari Beckett ke Rendra: Dari Godot ke Mini Kata”, hal. 143-171.

2001

Jurnal Kalam edisi 17, 2001. Tema: Kiri di Asia.

Esai:

  1. Nirwan Dewanto, “Masihkah Kiri? Sekadar Pengantar”, hal. 3-8.
  2. Kasian Tejapira, “Marxisme dalam Rima Thai”, hal. 9-26.
  3. Muhammad Chatib Basri, “Antara Marx dan Schindler: Perihal Modal dan Kekuasaan di Indonesia”, hal. 27-44.
  4. Francisco Budi Hardiman, “Habermas tentang Demokrasi Asia: Sebuah Wawancara”, hal. 45-54.
  5. Waruno Mahdi, “Melancong ke Dunia Marxisme-Leninisme”, hal. 55-122.
  6. I. Wibowo, “Lu Xun, Kiri yang Bukan Komunis”, hal. 123-138.
  7. Mabel Lee, “Pronomina Selaku Protagonis: Lingshan Gao Xingjian sebagai Otobiografi”, hal. 139-160. Diterjemahkan oleh Hasif Amini.

Jurnal Kalam edisi 18, 2001.

Esai:

  1. Nirwan Dewanto, “Perajin: Sekadar Pengantar”, hal. 3-6.
  2. Alex Supartono, “Rajawali Tak Bisa Pulang: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang Sontani”, hal. 133-159.
  3. Budi Darma, “Ironi Si Kembar Siam: Tentang Posmo dan Kajian Budaya”, hal. 161-179.
  4. Goenawan Mohamad, “Tentang Semar dan Si Bodor”, hal. 181-201.

2002

Jurnal Kalam edisi 19, 2002.

Esai:

  1. Marco Kusumawijaya, “Jakarta, Sang Metropolis”, hal. 5-34.
  2. Lauren Bain, “‘Indonesia’, dari Sebuah Hotel”, hal. 35-58.
  3. Francisco Budi Hardiman, “Derrida Mengurai Hukum dan Keadilan”, hal. 59-85.
  4. Muhammad Chatib Basri, “Amartya Sen: Pilihan dan Kemiskinan”, hal. 87-100.
  5. Ulil Abshar-Abdalla, “Kitab Kawin-Mawin”, hal. 101-132.
  6. Detlef Gericke-Schönhagen, “Ihwal Felicitas Hoppe”, hal. 139-145.
  7. Ali Yono, “Kaum Pinggiran Dekaden: Wong Kar-Wai di Mata Seorang Penonton”, hal. 171-187.
  8. JB Kristanto, “‘Ada Apa dengan Cinta?'”, hal. 189-198.

2003

Jurnal Kalam edisi 20, 2003.

Esai:

  1. Ari J. Adipurwawidjana, “Naipaul dan Jarak Tekstual: ‘Six Degrees of Naipaul’s Separation from Our Material Reality'”, hal. 167-184.
  2. Pamela Allen, “Indo yang Penuh Teka-Teki”, hal. 185-193.
  3. Francisco Budi Hardiman, “Filsafat Tubuh, Tubuh Filsafat”, hal. 195-206.
  4. Navid Kermani, “Quran, Puisi, Politik”, hal. 207-224. Diterjemahkan oleh A. Zaim Rofiqi.

2004

Jurnal Kalam edisi 21, 2004.

Esai:

  1. Werner Kraus, “Raden Saleh di Jerman”, hal. 7-21. Diterjemahkan oleh Dahris Siregar.
  2. St. Sunardi, “Ginonjing: Emansipasi Kartini”, hal. 23-39.
  3. Umar Junus, “Novel Nasib: Suara Nonkolonial dalam Penerbitan Kolonial”, hal. 41-60.
  4. Jennifer Lindsay, “Semangkin Dikangeni: Pocapan Umar Kayam dalam KR“, hal. 63-74.
  5. Michael Rinaldo, “Ambivalensi Chairil Anwar”, hal. 77-98.
  6. Goenawan Mohamad, “Godaan Terakhir Barat”, hal. 99-111.
  7. Adriaan van der Staay, “Di Keraton”, hal. 123-128. Diterjemahkan oleh Suparno.
  8. Ulil Abshar-Abdalla, “Yang Aural, Yang Kanonik: Qur’an dan Pewahyuan”, hal. 129-160.

2005

Jurnal Kalam edisi 22, 2005.

Esai:

  1. Manneke Budiman, “Tentang Sastra Bandingan”, hal. 3-9.
  2. Nirwan Dewanto, “Pembacaan Dekat Atau Jauh? Melintasi Sastra dan Seni Rupa”, hal. 11-32.
  3. Lisabona Rahman, “Tragedi Buah Apel: Seks dalam Karya Ayu Utami dan Erica Jong”, hal. 33-54.
  4. Ari Jogaiswara Adipurwawidjana, Lien Amalia, Lestari Manggong, “Ambivalensi Naratif dan Transisi Sosial: Lady Chatterley’s Lover dan The Satanic Verses“, hal. 55-79.
  5. Intan Paramaditha, “Gender dan ‘Asia’: Shanghai Baby dan Andrew and Joey“, hal. 81-104.
  6. Mikihiro Moriyama, “Dari Manuskrip ke Cetakan: Sastra Sunda Paruh Kedua Abad ke-19”, hal. 105-119.
  7. Michael Rinaldo, “Rilke dan Chairil: Etos Kerja, Terjemah, Silang Tema”, hal. 121-153.
  8. Aquarini Priyatna Prabasmoro, “Seks, Berahi, dan Cinta: Tiga Karya Nh. Dini”, hal. 155-173.
  9. Melani Budianta, “Tiga Wajah Julius Caesar: Gender dan Politik dalam Terjemahan”, hal. 175-195.
  10. A. Zaim Rofiqi, “Cerita-Cerita yang Mengembara”, hal. 197-208.

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer

Sliding Sidebar

Tentang Penulis

Tentang Penulis

Cep Subhan KM. Lahir di Ciamis tanggal 6 Juni. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi bersama Ludah Surga (2006) dan Kata Orang Aku Mirip Nabi Yusuf (2007), sementara beberapa puisinya diikutkan dalam antologi penyair muda Ciamis Kota Menjadi Kata (2017). Sudah menerbitkan novel Serat Marionet (2011) dan dwilogi Yang Tersisa Usai Bercinta (2020) dan Yang Maya Yang Bercinta (2021), dan satu buku puisi, Hari Tanpa Nama (2018). Satu novelnya yang lain, Kosokbali (2021), bisa dibaca di portal Kwikku. Esai-esainya tersebar dalam Jurnal Sajak, Jurnaba.co, dan beberapa media daring lain. Esai kritik sastranya menjadi Pemenang II Sayembara Kritik Sastra DKJ 2022 dan Juara 2 Lomba Kritik Sastra Dunia Puisi Taufiq Ismail 2023.